Postingan

ILUSI

Malam itu aku terpana mendengar alunan suara dari seberang sana. Suara yang mengingatkanku pada sosok yang ku kenal di masa lalu. Rangkaian kata yang begitu tertata, seperti memiliki tarikan magis yang membuatku terseret arus nostalgia, yang membuatku merasa bahagia. Malam itu otakku dipaksa untuk mengakui kembali, bahwa aku bisa dengan mudah terpikat pada kecerdasan seorang yang bahkan tak bisa ku lihat wujudnya, bahwa aku bisa dengan lemahnya mengikuti genggaman yang ia ulurkan untuk berdansa, menikmati musik di dunia yang kami ciptakan sendiri, melepaskan segala topeng kepalsuan yang kami kenakan. Meski pada akhirnya aku tersadar,  bersamamu beberapa waktu membuatku seperti menelan kopi beracun, aku menyukainya, aku bahagia, tapi kelak akan membawa kematian jika diteruskan. Terima kasih telah hadir memberi ilusi kebahagiaan sesaat. and I'm happy, tjia. :)

Danke banyak 2023, tschüss! 🫶

Gambar
So much thing happened in 2023.  Rasanya udah kayak lagi naik rollercoaster, tapi diikat kaki dan tangannya, sama ditutup matanya. Kedua tangan cuma bisa saling menggenggam erat satu sama lain. Gak ada lagi yang namanya duduk bersandar. Badan betul-betul kaku dan tegang sepanjang perjalanan mesin berputar. Lucu bukan? wkwk. Dimulai dari Januari, dimana saya masih belum bisa menerima kenyataan kalau saya 'ditinggal' dari bulan desember oleh 2 orang senior sekaligus tetangga kamar kost terdekat, yang emang udah berasa kayak kakak pertama dan kedua di perantauan. Tiada hari tanpa menangis dan tantrum.  Februari,  akhirnya memutuskan mengajukan surat pindah, setelah lolos melewati masa ikatan kerja yang ditentukan.  Maret-Juni,  menjadi fase kerja gila-gilaan, sebagai pelampiasan kesedihan dan bentuk keputusasaan karena ternyata ada sebuah kejadian yang membuat saya langsung down. Yak betul, apalagi kalau bukan urusan cinta, deritanya tiada akhir wkwk. Masih menjadi misteri juga si

Setitik

  I was sitting outside in the balcony when suddenly I feel de javu. Seseorang di masa lalu, pernah bercerita di telpon saat dia berkunjung ke Malaysia.  Saat itu ia sedang beristirahat di sebuah hotel, dengan view menghadap kolam renang dan laut dari kejauhan. Dia duduk di balkon, sambil menikmati udara malam, sambil menceritakan perjalanannya seharian. Dia pun berjanji membelikanku jilbab pashmina dan akan memilihkanku sebuah buku, yang pada keesokan harinya betul-betul dia belikan. Ah, seandainya saja kau tidak memilih child-free, mungkin saat ini kita sudah bersama, kak. Membahas seluruh kejadian hari ini, bertukar pikiran tentang segala hal yang ada di pikiran kita, saling memberikan ketenangan dengan menafsirkan hikmah dari apa yang ada di hari ini, atau bahkan, aku saat ini sedang sibuk membantumu menerjemahkan jurnal-jurnal pilihanmu. Tapi itulah hidup. Realitanya bukan aku yang sekarang ada di hidupmu. Karena jalan yang kita pilih tak sama. Tapi kak,  Berkatmu kini aku mengert

Cuma Belum Tahu

Terima kasih telah berkunjung. Ibarat penjual toko, aku harus legowo saat ada pengunjung yang datang hanya untuk melihat-lihat, bahkan lebih parah hanya datang untuk membandingkan harga tokoku dengan toko lain. Tapi aku tidak boleh marah.  Karena seperti manusia pada umumnya, dia mungkin sedang mencari yang terbaik untuk dirinya.  Sama sepertiku yang selalu mencari produk terbaik untuk tokoku.  Kala kunjungannya singkat, Namun begitu meninggalkan jejak. Karena dia membuatku sadar, Tak ada tempat bersandar kecuali Tuhan. Sesalku cuma satu, Kamu cuma belum tahu tentangku.

Wajah

Di tengah keramaian ini, Beraninya mata ini menangkap bayangnya dalam sosok manusia yang ada di depan sana. Entahlah,  Ingin berteriak rasanya, tapi tersadar bahwa diri ini belum bisa mengikhlaskan sepenuhnya. And that's okay, No need to be rush.  Just take a deep breath.. You'll be fine as always. 😊

Jasmerah - Lupa Diri

Salah satu alasan saya menyukai sejarah adalah selain karena saya suka berimajinasi, juga karena dengan sejarah kita bisa selalu ingat siapa diri kita sebenarnya, dan apa tugas kita di dunia ini pada akhirnya (ceilah agamis bener wkwk).  Seorang pernah berkata, jangan pernah lupa dari mana kita berasal, agar kita tidak gampang terhantam realita kehidupan. And that's true. Sama seperti semalam, waktu datang sebuah chat yang cukup membuat saya merasa seperti mati lampu (ya sayang~) karena mempertanyakan eksistensi kehidupan saya, lalu saya menangis semalaman hingga akhirnya memilih meminum antimo to the rescue karena diri ini sadar butuh tidur. Paginya saat terbangun, entah bagaimana Allah tiba-tiba menghadirkan ingatan kejadian obrolan saya dan adik di mobil waktu dia mengantar saya ke stasiun. Adik bercerita kalau dia pernah mengajak bapak ibu ziarah ke makam salah satu sesepuh tokoh penyebar agama Islam di Banyumas, yg kalau dari cerita masih ada hubungan darah sama bapak. Tapi ke

Pembelajaran Kepala Tiga

Memasuki kepala tiga di tahun 2022,  Tadinya ku pikir semua akan berjalan biasa saja dan sama, aku masih akan tetap bertahan dengan segala sifat dan karakterku yang keras kepala, juga emosian tentunya wkwk.  Namun rupanya semua berubah ketika memasuki 2023. Beberapa minggu di akhir januari ku habiskan dengan menangis. Entah menangisi apa aku pun lupa. Lebih banyak berdiam diri, keinginan ke psikolog kembali menggerogoti. Sampai akhirnya aku sadar, di titik ini,  Apa mungkin aku sedang berada di sebuah siklus yang baru lagi? Rasanya aneh, dan terasa asing,  Entah sudah berapa kali diri ini mengalah dengan pasrah tanpa mempertanyakan motif yang dilakukan oranglain. Entah berapa kali diri ini tak lagi mementingkan oranglain semata, tapi juga sudah mulai memikirkan bagaimana dirinya bisa bertahan di kehidupan nyata. Terasa salah pada awalnya, tapi mungkin memang begitulah seharusnya.